Sarekat Islam (SI) adalah salah satu organisasi yang memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan Indonesia. Didirikan pada awal abad ke-20, SI awalnya bertujuan untuk melindungi para pedagang pribumi dari persaingan ekonomi yang tidak adil. Namun, seiring waktu, gerakan ini berkembang menjadi organisasi sosial dan politik yang berpengaruh. Semangat persatuan, perlawanan terhadap ketidakadilan, dan penguatan ekonomi rakyat yang ditanamkan oleh Sarekat Islam tetap relevan hingga saat ini.

Menurut penelitian dalam jurnal Sejarah dan Budaya oleh Anhar Gonggong (2017), Sarekat Islam menjadi organisasi pertama yang berhasil mengorganisir massa pribumi secara luas, terutama dari kalangan pedagang dan pekerja kecil.

Awal Berdirinya Sarekat Islam

Sarekat Islam lahir pada 16 Oktober 1905 di Surakarta, didirikan oleh Haji Samanhudi. Awalnya, organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) dan berfokus pada kepentingan pedagang batik pribumi. Namun, pada 1911, namanya berubah menjadi Sarekat Islam dan mulai memiliki pengaruh lebih luas, terutama di bawah kepemimpinan H.O.S. Tjokroaminoto.

Dalam tesis yang ditulis oleh Ahmad Syafii Maarif (1988), disebutkan bahwa perubahan nama dari Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam menandakan transformasi organisasi ini dari sekadar perkumpulan dagang menjadi gerakan sosial dan politik yang lebih luas.

Tujuan Sarekat Islam

Sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial, ekonomi, dan politik, Sarekat Islam memiliki beberapa tujuan utama, antara lain:

  1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi pribumi SI bertujuan untuk membantu para pedagang pribumi menghadapi persaingan ekonomi yang ketat dengan pedagang asing.
  2. Menumbuhkan semangat nasionalisme Organisasi ini juga berperan dalam membangun kesadaran rakyat agar bersatu melawan penjajahan.
  3. Melawan ketidakadilan kolonial Sarekat Islam aktif mengkritisi kebijakan kolonial yang merugikan rakyat, baik dalam aspek ekonomi, hukum, maupun sosial.
  4. Meningkatkan pendidikan dan kesadaran politik Selain itu, SI juga menyebarkan pemikiran kritis agar rakyat lebih memahami hak dan peran mereka dalam perjuangan bangsa.

Menurut jurnal Kajian Sejarah Indonesia oleh Kuntowijoyo (1995), SI memainkan peran penting dalam membentuk kesadaran nasional di kalangan rakyat kecil dan pedagang yang sebelumnya apatis terhadap politik.

Tokoh-Tokoh Sarekat Islam

Beberapa tokoh penting yang berperan dalam perkembangan Sarekat Islam antara lain:

  1. Haji Samanhudi – Pendiri Sarekat Islam yang pertama kali menggagas persatuan pedagang pribumi.
  2. H.O.S. Tjokroaminoto – Pemimpin utama yang membawa SI ke tingkat yang lebih besar dalam politik dan pergerakan nasional.
  3. Abdul Muis – Aktivis yang gigih menyuarakan perlawanan terhadap kebijakan kolonial Belanda.
  4. Haji Agus Salim – Seorang intelektual dan diplomat yang turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui Sarekat Islam.

Seperti yang diungkapkan dalam buku Gerakan Sarekat Islam 1912-1926 karya Sartono Kartodirdjo (1984), kepemimpinan Tjokroaminoto menjadi titik balik SI dalam perjuangan politik yang lebih serius, bahkan menjadi inspirasi bagi para pemimpin nasional di masa berikutnya.

Pelajaran dari Sarekat Islam untuk Masa Kini

Sarekat Islam mengajarkan pentingnya persatuan, kemandirian ekonomi, dan keberanian melawan ketidakadilan. Di era modern, semangat ini bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk mendukung ekonomi berbasis UMKM, memperjuangkan hak-hak pekerja, dan membangun solidaritas sosial dalam menghadapi tantangan zaman.

Warisan perjuangan Sarekat Islam tetap menjadi salah satu tonggak penting dalam perjalanan bangsa menuju kemerdekaan dan kesejahteraan yang lebih baik. Nilai-nilai perjuangan mereka masih bisa kita jadikan pedoman untuk membangun masa depan yang lebih cerah bagi Indonesia.

Sebagaimana dikutip dari penelitian Dinamika Organisasi Pergerakan Nasional oleh Ricklefs (2008), SI tidak hanya meninggalkan jejak dalam sejarah, tetapi juga dalam pola pikir dan strategi gerakan sosial di Indonesia hingga hari ini.