Pada malam yang sunyi di kota Basrah pada tahun 713 M, seorang bidadari dilahirkan. Nama lengkapnya adalah Rabiah Al-Adawiyyah, seorang wanita yang kelak akan dikenal sebagai seorang sufi perempuan yang penuh kasih-sayang. Namun, kehidupan awal Rabiah tidaklah mudah.
Terlahir dari keluarga miskin, Rabiah kehilangan kedua orang tuanya saat usianya masih belia. Ia terpaksa menjadi budak belian, terikat pada kungkungan ketidakbebasan. Namun, nasibnya berubah saat tuannya menyaksikan kesalehan dan ketulusan Rabiah. Terpesona oleh keagungan jiwa Rabiah, tuannya kemudian memutuskan untuk memerdekakannya.
Bebas dari belenggu perbudakan, Rabiah menapaki jalan hidupnya dengan penuh keyakinan. Meskipun dia ditawari pinangan oleh Gubernur Basrah dan ulama terkemuka Hasan al-Bashri, Rabiah menolaknya dengan tegas. Baginya, kesucian dan cinta kasih kepada Tuhan adalah yang utama. Ia menjaga keperawanannya dan menolak menikah karena cintanya yang tak tergoyahkan hanya kepada Sang Pencipta.
Rabiah adalah seorang yang istimewa. Ia tidak mengabdi kepada Tuhan semata untuk mendapatkan surga, dan bukan karena takut akan neraka. Motivasinya adalah kasih-sayang yang tulus. Setiap langkahnya dalam beribadah, dalam menghadapi cobaan dan kesulitan, hanya didasarkan pada cinta yang mendalam kepada Tuhan. Ia ingin memancarkan kasih-Nya ke seluruh alam semesta.
Rabiah hidup dengan penuh keikhlasan dan ketabahan. Ia menjadi teladan bagi banyak orang dengan keyakinannya yang kuat dan hati yang rendah hati. Ketika Rabiah meninggal pada tahun 801 M di Basrah, ia dimakamkan di rumah tempat ia tinggal, tempat yang menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya yang menginspirasi.
Siti Rabiah Al-Adawiyah, sosok yang mengajarkan kita tentang makna sejati dalam beragama. Ia mengingatkan kita bahwa ibadah sejati adalah yang bermula dari kasih-sayang kepada Sang Khalik. Kesuciannya dan keteguhannya dalam cinta hanya untuk Tuhan merupakan warisan berharga yang tetap hidup dalam sejarah. Semoga cerita hidupnya mengilhami generasi muda untuk mencintai dan mengasihi Allah serta sesama manusia dengan tulus.
Sumber: Jamil Ahmad. Seratus Tokoh Muslim Terkemuka. 2000. Pustaka Firdaus