Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman budaya dan sejarahnya, telah melahirkan berbagai tokoh terkemuka dalam sejarah Islam. Salah satunya adalah Syaikh Nawawi al-Bantani, yang dikenal sebagai ulama produktif yang telah memberikan kontribusi luar biasa terhadap dunia Islam. Lahir pada tahun 1813 (Hamid & Ahza, 2003, p. 87) Masehi, di desa
Tanara, Kecamatan Tirtayasa, Serang, Provinsi Banten, Syaikh Nawawi, yang nama aslinya adalah Nawawi bin Umar bi Arabi, telah meninggalkan jejak yang mendalam melalui karya-
karyanya yang berpengaruh. Ia dikenal juga dengan sebutan Abu Abdul Mu’ti, sebuah gelar yang menandakan kecintaannya terhadap memberi manfaat bagi umat Islam.
Perjalanan hidupnya dimulai dengan pencarian ilmu yang tiada henti. Selama 30 tahun masa mudanya, ia memperdalam pengetahuannya di Mekkah, belajar dari para ulama besar masa itu. Di antara para guru besarnya yang berasal dari Nusantara adalah Syaikh Muhammad Khatib Sambas, Syaikh Abdul Gani Bima, dan Syaikh Yusuf Sumbulaweni, yang telah memberikan pengaruh besar dalam pembentukan pemahaman dan wawasan keagamaannya.
Syaikh Nawawi al-Bantani adalah seorang ulama yang mengajarkan berbagai disiplin ilmu agama Islam kepada para muridnya di Mekkah. Dari jejaknya, tercatat bahwa beberapa muridnya telah menjadi tokoh besar Islam, seperti K.H. Kholil Bangkalan, K.H. Asy’ari Bawean, K.H. Hasyim Asy’ari Jombang, dan K.H. Raden Asnawi Kudus. Hal ini mencerminkan kehebatan dan keilmuannya dalam menyebarkan pengetahuan agama Islam di tanah air dan di luar negeri.
Dalam rentang waktu 69 tahun perjalanannya di luar negeri, Syaikh Nawawi al-Bantani telah menulis sejumlah besar karya yang berpengaruh. Kitab-kitabnya menjadi penanda penting dalam sejarah keilmuan Islam Nusantara. Beberapa karya monumentalnya antara lain Tafsir al-Munir, Tanqih al-Qoul, Fath al-Majid, Kasyifatussaja, serta banyak lagi karya lainnya yang terus diwariskan dan dikaji oleh generasi penerusnya. Kitab-kitab tersebut tidak hanya menjadi rujukan di Nusantara, namun juga di berbagai belahan dunia Islam.
Keilmuannya yang mendalam dan kecintaannya terhadap Islam telah membuatnya diakui oleh banyak kalangan. Pernah suatu saat, Syaikh Nawawi al-Bantani dilantik menjadi imam di Masjidil Haram Mekkah, sebuah penghargaan yang menunjukkan kedalaman pengetahuannya dan penghormatan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat muslim di dunia.
Syaikh Nawawi al-Bantani telah meninggalkan warisan gemilang bagi dunia Islam. Karya- karyanya yang masih terus dikaji di berbagai pesantren hingga saat ini menggambarkan keberlanjutan pengaruhnya dalam membentuk pemahaman agama yang sejalan dengan konteks budaya dan masyarakat setempat. Dedikasinya terhadap penyebaran ilmu pengetahuan agama Islam telah mengilhami dan membentuk generasi ulama dan intelektual Islam di Nusantara, serta memberi kontribusi penting terhadap kemajuan keilmuan dan spiritual umat Islam secara global. Kesadaran akan warisannya yang gemilang ini akan terus membimbing dan menginspirasi umat Islam dalam melangkah menuju masa depan yang penuh cahaya dan keberkahan.
Sumber:
Hamid, S., & Ahza, I. (2003). Seratus Tokoh Islam Yang Paling Berpengaruh Di Indonesia. Jakarta: PT. Intimedia Cipta Nusantara.