Di antara riwayat gemilang peradaban umat Islam, sosok Umar bin Al-Khattab menjulang dengan kebesaran yang menggetarkan. Derap langkahnya menandakan keberanian dan ketegasan, seorang pemimpin agung yang mendapatkan kehormatan sebagai khalifah kedua umat Islam. Lahir di Mekkah empat puluh tahun sebelum Hijrah, takdir menguji keberanian Umar dengan menghadapkan dirinya pada masa kegelapan kejahilan dan permusuhan terhadap agama yang kemudian menjadi cahaya bagi jutaan jiwa.

Silsilahnya yang mulia menuntunnya pada generasi ke delapan yang bertemu dengan Rasulullah SAW. Umar termasuk golongan Bani ‘Adiy (Asy-Syaikh 2012), sebuah keluarga yang diwarisi keberanian dan kejujuran. Namun, sebelum menyembah cahaya Islam, ia terjerat dalam kebencian buta dan sikap memusuhi Rasulullah SAW. Namun, takdir yang kuasa menuliskan cerita berbeda untuknya.

Momentum perubahan hidup Umar datang saat ia membaca surat Thaha dari mushaf yang berhasil direbut dari saudara perempuannya (Mursi 2020), Fatimah binti Al-Khattab. Ayat-ayat suci itu merasuki hatinya, menyentuh relung terdalam jiwa yang tertutup oleh kelamnya kebencian. Ia merasakan getaran kasih, cinta yang tak pernah dikenal sebelumnya. Tiba-tiba, segala perseteruan di dalam dirinya lenyap, digantikan oleh cahaya iman yang gemilang.

Masuknya Umar dalam pangkuan Islam memberikan harapan baru bagi kaum Muslimin. Ibnu Mas’ud sendiri menyatakan bahwa umat Islam semakin kuat setelah Umar bergabung dalam barisan mereka. Nabi Muhammad SAW bahkan berdoa kepada Allah untuk menguatkan Islam dengan sosok yang paling Dia cintai, dan pilihan-Nya jatuh pada Umar bin Al-Khattab. Doa Nabi pun terkabul, dan Umar menjadi tiang kokoh yang mendukung tegaknya agama Allah di atas muka bumi.

Pemimpin yang tangguh, kepemimpinannya membawa umat Islam menuju masa keemasan. Keadilannya menjadi tauladan bagi seluruh rakyatnya. Dalam dirinya, berpadu sifat tegas dengan belas kasihan yang tulus. Meski berjaya sebagai pemimpin, ia tetap hidup sederhana dan merakyat. Kegigihan dan ketegasannya dalam menegakkan kebenaran dan keadilan membara, seakan menyulut semangat seluruh umat.

Umar bin Al-Khattab, pemimpin yang agung, mengajarkan kita akan arti sejati dari keberanian dan keteguhan hati. Kisah hidupnya yang menakjubkan menjadi sumber inspirasi bagi kita, bagaimana seorang yang dulunya terjerumus dalam kebencian bisa berubah menjadi pemimpin adil dan bijaksana. Semangat perubahan dalam diri Umar hendaknya membara dalam diri setiap pembaca, mengajak kita untuk selalu mencari cahaya di tengah kegelapan, memperjuangkan kebenaran, dan menegakkan keadilan di bumi yang kita pijak.

Sosok Umar bin Al-Khattab adalah bukti hidup akan kemampuan setiap individu untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Melalui perjuangannya dalam menemukan kebenaran, ia mengajarkan kita untuk tak pernah menyerah dalam menghadapi cobaan dan tantangan hidup. Kepemimpinannya yang bijaksana memberikan teladan bagi para pemimpin masa kini untuk senantiasa berpihak pada kebenaran dan keadilan.

Ketegasannya menginspirasi kita untuk tidak mundur dalam menghadapi kesulitan, dan selalu bersikap adil tanpa pandang bulu. Semangat Umar bin Al-Khattab, amirul mukminin yang membara, hadir dalam setiap baris kisah hidupnya, dan semoga, semangat ini akan terus membara di kalangan umat Islam selamanya.

Sumber:
Asy-Syaikh, Abdu As-Sattar. Umar Bin Khaththāb: al-Khalifah ar-Rasyidiy al-‘Adzīm wa al-Imam al-‘Adil ar-Rahīm. Damaskus: Dar al-Qalam, 2012.
Mursi, Muhammad Sa’id. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Translated by Khairul Amru Harahap, & Ahmad Faozan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2020.