Di masa kegelapan sejarah Arab, sosok ‘Utsman bin ‘Affan datang bagaikan cahaya yang menerangi keheningan malam. Namanya, yang terukir dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw, memancarkan pesona keberanian dan dermawan dalam setiap langkahnya. Nama lengkapnya, Utsman bin Affan, bin Abi al-‘Ash bin Umayyah bin ‘Abdi Syams bin ‘Abdi Manaf bin Qushay, adalah putra Quraisy dari klan Umawi yang bersinggungan dengan nasab Rasulullah saw di ‘Abdi Manaf (Asy-Syaikh 2014 M./1435 H., 25).
Usianya yang enam tahun lebih muda dari Nabi saw. membawanya pada perjalanan yang penuh tantangan dan cobaan. Dalam khidmatnya, ia disapa sebagai Abu ‘Abdillah dan digelari Dzu an-Nūrain, Sang Pemilik Dua Cahaya, yang mungkin merujuk pada dua menara cahaya yang menghiasi jiwanya: keberanian dalam peperangan dan kemurahan hati dalam kemanusiaan.
Utsman bin ‘Affan adalah salah satu dari para sahabat Nabi yang terpilih untuk menuliskan wahyu ilahi. Setia mengikuti Nabi dalam medan perang, ia menemaninya dalam hampir semua peperangan, kecuali saat perang Badar. Ketabahan dan keberanian Utsman menjadi penguat semangat bagi kaum Muslimin dalam setiap pertempuran.
Namun, jasa terbesarnya tersemat ketika ia memegang tampuk kepemimpinan sebagai khalifah ketiga umat Islam, menggantikan Abu Bakar dan Umar. Selama dua belas tahun berkuasa, ia menunjukkan kesetiaan dan kebijaksanaan dalam mengayomi umat dengan penuh keadilan.
Kemurahan hati Utsman tak ada tara. Bukti nyata kebesarannya terungkap ketika ia mendermakan 300 unta dan 50 ekor kuda untuk keperluan perang Tabuk (Mursi 2020, 17). Belas kasihnya tak hanya tercurah pada manusia, namun juga kepada binatang dan alam sekitar.
Namun, kebaikan Utsman tak jarang pula memantik api kecemburuan dan kebencian. Kelompok pemberontak yang iri atas tuduhan bahwa ia bertindak nepotisme merencanakan kematian tragisnya. Pagi itu, di hari raya idul adha, di tengah khidmatnya membaca al-Qur’an, sang khalifah gugur sebagai syuhada di dalam rumahnya sendiri.
Tahun ke-35 Hijriyah menyaksikan kepulangan Utsman bin ‘Affan dari dunia fana ini, ketika usianya mencapai 82 tahun. Di mata sejarah, ia selalu dikenang sebagai teladan dermawan dan pahlawan perang yang tak pernah surut semangatnya. Kematian tragisnya menandai peristiwa yang menggetarkan dunia Islam dan meninggalkan kenangan yang mendalam bagi para pengikutnya.
Utsman bin ‘Affan, sosok penuh cahaya dalam kegelapan zaman, meninggalkan warisan berharga bagi umat manusia. Semangat keberanian dan kedermawanan yang ia perlihatkan telah mengilhami generasi-generasi selanjutnya untuk hidup dalam jalan kebenaran dan keadilan. Seiring berlalunya waktu, namanya akan tetap bersinar sebagai simbol kebesaran jiwa yang mengabdikan diri bagi kemanusiaan dan kebenaran, seorang pemimpin yang menempatkan hati sebagai sumber sinar bagi dunia yang tercerai-berai.
Sumber
Asy-Syaikh, Abd As-Sattar. ‘Utsman Bin ‘Affan Al-hayiyyu As-Skhiyyu Dzu An-Nūrain. Damaskus: Dar al-Qalam, 2014 M./1435 H.
Mursi, Muhammad Sa’id. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Translated by Khairul Amru Harahap, & Ahmad Faozan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2020.